"Duduknya tegak, kakinya napak, jangan bersandar atau bertumpu pada apapun juga, yang nyender dosa"
Apabila kalian gabung bersama saya dalam paduan suara Zion di Gereja saya, kalimat diatas adalah santapan rutin kalian tiap kali latihan :)
Saya senang menyanyi, terkadang saya merasa suara saya bagus, bagus untuk saya dengar sendiri pastinya hahaha.. Itulah mengapa headset menjadi salah satu penghuni tas saya, kemanapun saya pergi, apapun situasinya saya senang mendengarkan musik. Tapi saya tahu diri apabila saya sedang berada di bus saya tahan hasrat saya untuk bernyayi, paling kaki saja saya gerak-gerakin haha.
Semenjak Gereja saya meng-hire seorang pelatih Choir, saya jadi aktif ikut paduan suara, yaaaah sebelumnya juga aktif sih tapi tak seaktif sekarang, kenapa dengan PeDe saya bilang aktif? Ya karena sejak Lǎoshī Netta (begitulah panggilan akrab saya kepada kakak pelatih Choir-nya) melatih kami, saya jadi ikut latihan seminggu 2x yaitu Sabtu dalam Zion Choir (P.S Komisi Pemuda) dan hari Rabu setelah kebaktian doa dalam Sanctus Choir (P.S utama yang anggotanya terdiri dari kaum Ibu dan kaum Bapak). Berhubung dalam menjelang Jumat Agung dan Paskah Gereja kami akan menyuguhkan Cantata yang didalamnya terdapat Paduan Suara gabungan antara Zion dan Sanctus maka saya harus hadir dalam jadwal latihan-latihan tersebut.
Lǎoshī Netta dalam melatih kami ia melakukan pemanasan dan pelatihan nafas sebelum kami mulai membaca partitur lagunya, dan kalimat yang saya kutip diatas itu tidak pernah ketinggalan disampaikan olehnya.
Saya suka dengan filosofi "kaki harus napak" pada lantai.
Terkadang orang yang sudah terlalu asik menghayati lagu yang dibawakan itu dapat membuat orang yang bernyanyi menjadi "lupa daratan" dia bisa melayang sehingga bisa tidak padu dengan teman-temannya di dalam satu team paduan suara tersebut. Namanya juga PADUan suara, berarti harus padu. Akan terdengar aneh jika ada satu suara yang lari sendiri (bukan berarti fals loh).
Penghayatan diperlukan dalam bernyanyi tapi kita juga harus tetap sadar dalam bernyanyi. Maka kata "kaki harus napak" dapat mewakilkan penjelasan diatas.
Yang lucu tiap kali selesai latihan adalah waktu pulang hati dan pikiran saya mendendangkan "sol-sol-sol-sol-la-si-do-do-si-so-la-sol-sol-la-si-do-re-mi-re" itu adalah partitur awal dari lagu yang akan Zion bawakan. Entah mengapa part tersebut seperti menghipnotis saya untuk terus menyanyikannya.
Saya masuk dalam kategori suara Sopran, menurut saya salah satu tantangan yang sulit bagi suara sopran adalah bagian nada-nada tinggi, dimana power harus keluar dan vokal tetap bulat alias enggak cempreng. Selebihnya lagu tersebut layaknya lagu original yang belum di make over.
Yang memberi "bumbu" adalah teman-teman dari Alto, Tenor, dan Bass. Salut dengan mereka yang berusaha membagi suara mereka.
Idealnya setiap manusia lebih mudah menghafal nada untuk lagu yang versi aslinya (dalam artian belum di-apa-apa-in) kalau sudah bagi-bagi suara disitulah letak tantangannya bagi suara Alto, Tenor, dan Bass. Makanya saya salut sama mereka, terutama Alto, karena saya perempuan.
Buat teman-teman Alto nikmatilah saat-saat latihan, berusahalah. Siapa tahu kelak kalian akan menjadi penyanyi Alto yang hebat dan terkenal. Lagu original akan lebih terdengar indah jika diberi bumbu Alto.
Bernyanyilah daripada kau mengomel :P
Terkadang slogan tersebut menge-rem saya apabila saya mau ngomel, hehehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar